Ekonomi

Krisis Euro Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 2012

 

Citra yang dipancarkan perekonomian Jerman saat ini bisa dibilang cukup aneh. Pertumbuhan ekonomi mencapai 3 persen, nilai ekspor untuk pertama kalinya mencapai lebih dari 1 triliun Euro dan angka pengangguran berada di level terendah. Di sisi lain, warga Jerman dilanda ketidakpastian akibat krisis mata uang Euro dan kekhawatiran inflasi. Apa yang warga Jerman lakukan saat mengkhawatirkan nilai dan masa mata uang mereka di tahun 2012? Mereka belanja.
Pertumbuhan konsumsi pribadi memberi kontribusi hingga setengah dari pertumbuhan ekonomi Jerman. Namun ternyata, bukan hanya kekhawatiran yang mendorong kecenderungan untuk mengkonsumsi. "Sebagai contoh, pertumbuhan pasar tenaga kerja begitu pesat. Kami juga memprediksi pertumbuhan pendapatan yang cukup kuat tahun depan." Demikian diungkapkan Roland Döhrn dari Institut Riset Ekonomi Rheinisch-Westfälischen (RWI). Ia memperkirakan konsumsi pribadi akan mendorong 0,6 persen dari laju pertumbuhan ekonomi Jerman di tahun 2012. Döhrn tergolong ke dalam kalangan optimis diantara beragam institusi yang mempublikasikan prediksi perekonomian Jerman.
Prediksi berbeda
Riset Deutsche Bank bernada lain. Tahun 2012 akan diwarnai dengan stagnasi pendapatan. Tren positif di pasar tenaga kerja akan terhenti. Analis Stefan Schneider memaparkan, "Karena tingkat ekspektasi pasca tahun 2008-2009 sudah tidak ada lagi. Sempat ada krisis, kemudian bangkit dengan cepat. Tapi itu sudah selesai. Kini ada penyesuaian krisis struktural di zona Euro.
Sejumlah negara di persatuan moneter Eropa telah terlalu lama hidup mewah di luar kemampuan. Melalui rangkaian bailout bank dan negara, sejumlah negara terjerumus ke dalam jeratan utang. Hasilnya kini banyak negara baik di dalam maupun di luar zona Euro yang harus menjalani program penghematan. Jika sebuah negara melakukan konsolidasi, dampak negatifnya dapat diredam melalui kebijakan nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga. Namun akan timbul masalah apabila setiap negara melakukannya secara bersamaan. Kembali Stefan Schneider, "Bank sentral tidak dapat lagi mengkompensasi. Faktanya tingkat suku bunga sudah mendekati nol."
Jadi tidak mengherankan kalau Schneider memprediksi resesi ringan di tahun 2012 bagi zona Euro. Menurutnya, performa ekonomi zona Euro akan menyusut sebesar 0,5 persen tahun depan. Justru perekonomian Amerika Serikat yang menurutnya akan mengalami pertumbuhan lebih dari 2 persen. Tentunya berubah dari siklus ekonomi sebelumnya saat perekonomian terbesar di dunia tersebut kurang dinamis. Roland Döhrn menjelaskan, "Kalau sebuah negara terkena krisis akibat masalah kredit perumahan dan sektor perbankan, tentunya akan berlangsung lama."
Asia terus menjadi motor
Untungnya, gelembung sektor perumahan yang terjadi di Amerika Serikat, Spanyol dan Irlandia tidak sampai ke Jerman. Krisis ekonomi di tahun 2009 dipicu menurun drastisnya perdagangan dunia. Namun tingkat permintaan yang besar dari negara-negara ambang industri berhasil menutupi kekurangan tersebut. Walaupun negara-negara tersebut juga tidak bisa disebut sepenuhnya kebal terhadap perlambatan ekonomi global. Kurang lebih karena ketergantungan mereka terhadap negara-negara maju. Seperti Cina yang 70 persen produknya lari ke negara-negara industri. Ada juga faktor lain menurut Döhrn, "Sebagian karena kebijakan ekonomi Cina yang sengaja memperlambat pertumbuhan karena ada tanda-tanda kebablasan."
Meski begitu, para pakar ekonomi memprediksi pertumbuhan ekonomi Cina tahun depan akan mencapai 8 hingga 9 persen. Berkat laju pertumbuhan di Asia, lembaga riset Deutsche Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berada di level 3,5 persen. Semua prediksi kembali lagi tergantung pada krisis zona Euro. Jika zona moneter Eropa bubar, semua prediksi tadi akan menjadi sia-sia. Sebuah peristiwa yang tergolong langka dan kemungkinannya kecil untuk terjadi, namun akan berdampak besar terhadap perekonomian global. Döhrn menambahkan, "Peristiwa-peristiwa semacam ini, sejujurnya, tidak dapat diprediksi."

Tidak ada komentar: